Minggu, 18 Desember 2011

Nanoteknologi

Nanoteknologi, bikin ramuan herbal makin joss
Selasa, 15 November 2011

Kecanggihan teknologi jika disinergikan dengan kebutuhan hidup sehari-hari bisa membuat banyak hal makin bermanfaat. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi nano, yang juga sudah dikuasai oleh para ilmuwan Indonesia, di antaranya peneliti Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Nurul Taufiqu Rochman.
Bahkan Nurul kini mengaku “kebanjiran” pesanan dari kalangan industri untuk membuatkan kosmetik, pupuk, bahan polimer, suplemen makanan hingga ramuan herbal berteknologi nano. Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Ukuran tersebut 1.000 kali lebih kecil dari diameter rambut manusia.
“Sekarang ini banyak permintaan nanoherbal dari kalangan industri, misalnya nanokopi dengan ramuan penambah stamina dari tanaman purwaceng dan pasak bumi,” kata Dr Nurul Taufiqu Rochman di sela Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke-10 di Jakarta, pekan lalu. Bahan herbal yang diolah menjadi seukuran nano (10 pangkat minus sembilan) jauh lebih mudah terserap ke dalam tubuh sehingga efeknya lebih baik dibanding tanpa teknologi nano, ujar Nurul yang juga memamerkan produknya di salah satu gerai LIPI Expo yang digelar bersama KIPNAS.
Peralatan pembuat bahan herbal seukuran nano ini, lanjut dia, merupakan pengembangan dari peralatan penghancur material yang ia temukan sebelumnya kemudian ditingkatkan kemampuannya dengan putaran mesin yang sangat tinggi serta tekanan dan suhu yang terkontrol.
Sebelumnya Nurul telah menciptakan sejumlah peralatan penghancur material menjadi seukuran nano dimana material yang dihancurkan antara lain mineral berupa Zinc Oksida (ZnO), Magnesium Oksida (MnO), Besi Oksida (Fe2O3), hingga Silikon Oksida (SiO2). “Mineral-mineral ini digunakan untuk sejumlah keperluan pasar, contohnya kosmetik (krim pelembab dan krim tabir surya – red) yang sudah diproduksi secara massal oleh suatu perusahaan kosmetik,” ujarnya sambil menambahkan bahwa selama ini bahan nanoteknologi selalu diimpor.
Zinc Oksida nanonya, ujar Nurul, juga telah diuji di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk membuat semen tambal gigi yang hasilnya memuaskan, demikian pula pupuk berbahan MgO nano sudah diuji penyerapannya di tanaman. Ada pula bahan polimer untuk peralatan dapur antibakteri yang masih diuji.
Lulusan S1, S2 maupun S3 dari Kagoshima University Jepang ini memang gigih mencoba-coba dan mencari-cari cara membuat peralatan penghancur materi ke bentuk nano yang mampu “menanokan” materi hanya dalam waktu singkat dan sesuai kebutuhan riset. “Kalau pakai alat penghancur dari luar negeri untuk membuat partikel nano seberat 500 gram butuh waktu hingga 500 jam, tapi dengan teknologi ini dalam waktu 18-20 jam sudah tercipta partikel nano, misalnya besi oksida 20 gram,” katanya ketika diminta menjelaskan temuan sebelumnya.
Selain membuat alatnya, Nurul juga membuatkan materinya, antara lain material besi menjadi serbuk nano yang kemudian dibentuk menjadi nanowire (kawat nano), nanotube (pipa nano) dan nanorod (batang nano) yang berpotensi 300 kali kekuatan besi dan cukup banyak diperlukan di dunia industri. “Harga partikel yang sudah berbentuk nano ini berlipat-lipat dibanding material aslinya,” tambah Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) itu.
Ia menjelaskan, nanoteknologi saat ini merupakan teknologi yang menjadi perhatian dunia dan terus diriset. Bentuk pipa partikel nano dari bismut mangaan misalnya biasa dipakai untuk “memory chip” dengan kapasitas selevel terrabyte. Selama ini, lanjut dia, jika memerlukan partikel nano untuk penelitian, lembaga riset di Indonesia harus ke luar negeri karena ketiadaan alat pemroses partikel nano.
“Untuk membuat bentuk partikel nano yang fungsional kita harus mencoba berkali-kali, saya sendiri ketika mencari bentuk pipa, sampai 200 kali bereksperimen dengan alat ini,” kata pemilik banyak paten di bidang nanoteknologi ini. Pembuatan alat yang telah dimulainya sejak 2005 ini juga ditemukannya secara tidak sengaja setelah berkali-kali mencoba dengan modal sekitar Rp30 juta, ujar peneliti yang beberapa kali mendapat hibah Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) itu.
“Saya punya alat yang besar hingga kecil. Saya sendiri kaget, alat saya yang sederhana ini saja sudah bisa membuat partikel nanowire, nanotube atau nanorod. Di negara maju alat pembuat partikel nano semacam ini berteknologi canggih dan harganya ratusan juta rupiah,” kata Nurul pula.
Alat penghancur materinya itu juga sudah dilirik lembaga riset negara-negara lain seperti Jepang, Malaysia, Singapura dan lainnya. Namun sayangnya ia belum berminat mematenkan lagi beberapa peralatan terbarunya itu. Nurul telah banyak memperoleh penghargaan antara lain sebagai Peneliti Muda Terbaik pada 2004 dari LIPI, Adhidarma Profesi Award (2005) dari Persatuan Insinyur Indonesia, The Best Idea and Innovation Award (2005) dari Majalah Swa dan penghargaan lainnya.
Solo Pos, 14 November 2011
» Kontak : Nurul Taufiqu Rochman

4 komentar:

  1. sebaiknya, Nurul Taufiqu Rochman mematenkan semua peralatan terbarunya agar tidak direbut hak patennya oleh orang lain....


    Untuk puji : kalau posting artikel lebih baik dicek terlebih dahulu gambarnya bisa masuk apa tidak....
    agar gambar bisa tampil saat di posting, pakai cara insert image karena kalau cuman copy-paste dari file, biasanya gambar tidak akan tampil...

    semoga bermanfaat...^_^

    BalasHapus
  2. selain itu, pemerintah seharusnya sering mengadakan perlombaan dalam IPTEK sehingga dapat melahirkan penemu2 muda. Dengan begitu, penemu2 tersebut dapat berusaha menciptakan berbagai alat yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua.

    Ooooohh,...ternyata seperti itu cara memasukkan gambar dalam laman artikel.

    terima kasih
    (n_n)

    BalasHapus
  3. TAMBAHAN: Teknologi nano adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun peranti dalam skala nanometer. Dalam terminologi ilmiah, nano berarti 1/milyar (0,000000001). Satu nanometer adalah seper seribu mikrometer, atau seper satu juta milimeter, atau seper satu miliar meter. Sebagai perbandingan, rambut manusia memiliki diameter 50.000 hingga 100.000 nm sehingga satu nanometer kira-kira sama dengan sehelai rambut yang dibelah seratus ribu.


    teknologi nano juga sangat berguna bagi dunia kaum wanita. Saat ini kosmetik berbasis nanopartikel mulai dikaji secara intensif karena memanfaatkan beberapa sifat khas nanopartikel. Perusahan-perusahan kosmetik besar telah menginfestasikan dana yang sangat banyak untuk mengembangkan kosmetik berbasis nanopartikel luminesens. Hal ini memungkinkan pengembangan kosmetik dengan warna yang sangat kaya. Ini tentu saja berita gembira bagi kaum hawa yang sering menggunakan kosmetik. [Namun tentu saja berdandan yang terindah bagi wanita bukan di luar rumah, namun di hadapan suaminya]

    BalasHapus
  4. Penemuan yang sangat menginspirasi untuk dunia pendidikan Indonesia. Penemuan ini menginspirasi bagi bangsa Indonesia untuk slalu berkarya dan tidak berkecil hati dengan negara lain.
    Dan untuk pemerintah seharusnya secepat mungkin memfasilitasi para penemu-penemu Indonesia supaya karyanya lebih dikenal dan bermanfaat..
    Oh ya untuk mbak puji saya mau tanya penggunaan teknologi nano ini apakah dapat digunakan untuk semua materi atau hanya untuk materi tertentu saja?

    BalasHapus